Assalammualaikum wr wb
Hai maks ... ketemu lagi ๐๐Eh, taukan rasanya menjadi ibu, bunda, mama, mommy, mamak, emak ... apapunlah sebutannya? Pastilaaaah ...
Mulai dari proses mengandung dan melahirkan yang begitu beragam dengan segala macam keluh kesah yang menyertainya, dan dilanjut dengan kesigapan untuk begadang, menemani si baby yang masih doyan melek tengah malam. Rasa sakit bekas luka melahirkan yang belum sembuh ... tapi harus segera lincah bergerak, karena urusan domestik yang juga harus beres. Ditambah ga ada asisten rumah tangga dan pak suami dinas luar kota. Duh mak, lengkap pokokmen.
![]() |
| Sumber : www.acookingpotandtwistedtales.com |
Meskipun sudah lebih dari 12 tahun kejadian pertama (iyaa, anak saya 3 ☺, banyak yaa ...), masih terbayang jelas buat saya, awal menjadi seorang Ibu. Dan jujur, saya masih speechless. Sebagai emak-emak baru, sejak hamil, saya sudah banyak baca buku, refrensi dan lain-lain tentang anak, pertumbuhan dan perkembangannya. Berharap, saya punya bekal yang cukup untuk dapat membesarkan dan mendidik anak.
Ternyata, seiring berjalannya waktu ... seringkali teori dan praktek itu ga sinkron.
Teori yang sudah numpuk di kepala itu, entah kemana menguapnya saat menghadapi rewelnya si bocah. Sabar yang rasanya enteng banget waktu dibaca, kenapa jadi susah sekali dipraktekin?
Stress? Saat-saat tertentu iyaaa ... rasanya pengen ngilang saat itu juga! Wuusszzz ...
![]() |
| Buah hati emak (ki-ka : mba Nayya, dek Jani, mba Danish) |
Dan, di momen-momen seperti inilah, saya merasa, saya harus mencari sesuatu untuk diri saya. Iya, untuk diri saya sendiri yang sudah menjadi seorang ibu. Saya harus menyiapkan diri saya sendiri dulu, lahir dan batin bila saya ingin membesarkan dan mendidik anak-anak. Di satu titik, saya memutuskan untuk menjadi pribadi yang bertumbuh. Saya tidak ingin menjadi menjadi sosok ibu yang egois. Hanya mampu membesarkan anak tanpa saya ikut bertumbuh bersama mereka.
Maka terdamparlah saya di sini, di Institut Ibu Professional Semarang (www.iipsemarang.blogspot.co.id). Meski baru mengikuti kelas matrikulasi (saya di batch#4 dan baru lulus Oktober kemarin, yeeeeeiiiii ... ๐๐๐๐ป), saya banyak belajar. Di IIP, saya lebih mengenal diri saya. Saya belajar menerima dan mencintai diri saya sendiri, pasangan dan anak-anak dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Belajar memahami bahwa kehadiran saya sebagai istri dan ibu untuk anak-anak saya, pastilah ada alasan yang tepat dari Yang Maha Memiliki Hidup.
Di sini saya juga belajar untuk menghargai sekecil apapun kelebihan yang dimiliki diri sendiri dan orang lain. Belajar berbagi dengan segala keterbatasan yang kita punya
Bahwasanya, berbagi itu tidak selalu pada saat kita berlebihankan?. Berbagi itu, lebih ke soal rasa ingin tanpa merasa lebih.
![]() |
| Kelas blogging yang asyik |


