Minggu, 31 Desember 2017

Ibuku, Wanita Sederhana yang Luar Biasa

Jujur ...Saat diminta menuliskan sesuatu tentang Ibu, sebagai salah sata "tugas" di Rumah Belajar Literasi Media http://iipsemarang.blogspot.com , ga banyak rasanya yang bisa saya ceritakan. Saya mungkin sedikit dari beberapa orang yang jauh lebih dekat dengan Ayah, bukan Ibu. Buat saya, sosok Ayah adalah segalanya. Entah kenapa, saya lebih lancar bercerita tentang apapun, bahkan itu soal cinta monyet saya, sama Ayah. Yes, I am a father''s little girl, semacam itulah ... dan hampir dua tahun ini, Ayah sudah berpulang.


Meski saya tidak begitu dekat dengan Ibu, tapi ... banyak hal yang akhirnya saya sadari bahwa Ibu banyak memberikan dan menanamkan nilai-nilai berharga dalam hidup yang hingga detik ini saya jalankan. Meski saya menyadarinya setelah saya tinggal terpisah (saya memilih kuliah di luar pulau) dan akhirnya berumah tangga serta memiliki anak, hingga berstatus menjadi Ibu. Saat ini dengan jarak yang terpisah cukup jauh, antara Semarang dan Jambi, meski komunikasi tidak terlalu sering, panjatan doa tiap bersujud merupakah salah satu ucapan rasa terima kasih dan bakti saya, anaknya. 

Entahlah ... kadang saya merasa ingin waktu mundur sejenak. di masa puluhan tahun yang lalu, dimana aku mungkin bisa lebih dekat dengannya.


Ibuku, wanita sederhana yang luar biasa ...
Tak banyak menuntut dalam hidupnya. 
Stereotipe perempuan dan ibu rumah tangga tempo dulu. 
Dengan lima anak, empat perempuan dan satu laki-laki, Ibu seringkali sekaligus mengambil peran Ayah saat Ayah bekerja di pelosok hutan (oh ya ... Ayah saya bekerja di PERTAMINA di bagian off shore darat (pengeboran minyak di darat), dan seringkali berada di lokasi pekerjaannya di hutan, selama tiga sampai empat mingguan) dan tidak dapat dihubungi di saat-saat genting. Saat itu telepon sudah ada, fixed phone ya .... bukan HandPhone dan bunyinya kayak jam weker .... krrriiiiinnngggg .... krrriiiinngggg .... tetapi karena lokasi pekerjaan Ayah di pelosok hutan, seringkali tidak ada sinyal.

Disaat-saat seperti inilah, tanpa sadar Ibu mengajarkan kami untuk mandiri. 
Pulang pergi sekolah atau les sendiri, periksa gigi sendiri ke Rumah Sakit yang lokasinya masih dalam satu komplek perumahan. Hal-hal yang dulu saya sebelin, karena beberapa temen saya pulang pergi dianter dan dijemput Ayah atau Ibunya. Sedangkan saya harus berjalan kaki dengan muka memerah terkena terik matahari.
Tidak hanya itu, tiap anakpun mendapatkan tugas minimal satu pekerjaan rumah tangga yang menjadi kewajibannya, padahal saat itu, di keluarga kami ada asisten rumah tangga, tapi Ibu tetap ngotot kalau kami harus mengerjakan pekerjaan tersebut. Bahkan, piring kotor bekas kami makan, harus cuci sendiri. Sepatu sekolah setiap Sabtu harus dicuci dan nggak boleh dicuciin. Hmmmmm ... benaran deh, saat itu rasanya dongkol banget. Dan sebelnya, alm.Ayah saya juga kompak dengan Ibu menerapkan perturan ini di rumah, hahahaha ...

Ibuku, wanita sederhana yang luar biasa ...
Lewat tangannya, tak pernah lelah beliau menyiapkan hidangan yang menjadi favorit kami masing-masing. Lima anak dengan selera yang berbeda-beda, Ibu siap menghidangkannya. Seingat saya, belum pernah Ibu merasa jenuh untuk masak. Hampir separuh waktu dalam sehari itu, dihabiskannya di dapur. Berkutat dengan bumbu dapur dan aroma masakan, hingga bau harum tubuhnyapun tergantikan dengan aroma sambal tanak dan semuar ayamnya yang paling enak sejagad raya. Hingga kinipun dengan kondisi kesehatan yang sudah tidak lagi baik, Ibu selalu menyempatkan memasaakkan makanan favorit saya bila saya pulang ke Jambi (Duh, tiba-tiba bau sambal tanak dan semuar ayam buatan Ibu langsung menusuk hidung ... kangen ...)

Ibuku, wanita sederhana yang luar biasa ...
Buatnya hidup adalah pengabdian.
Betapa beliau sangat menghormati dan mencintai alm.Ayah, suaminya yang pendiam.
Seingatku ... Ibu tidak pernah membantah apa yang dikatakan oleh Ayah. 
Ibu (tampak) selalu mendukung perkataan atau keputusan Ayah.
Meski kadang, aku pernah mencuri lihat wajahnya yang tak senang akan sesuatu yang disampaikan oleh Ayah. Beliau cuma diam. Tak pernah kulihat dan ingat, Ayah dan Ibu bertengkar di depan kami, anak-anaknya.
Ibu menghormati alm. Ayah sebagai kepala keluarga di rumah kami.
Tanpa beliau sadari ... hal-hal seperti ini tertanam dalam diri saya.
Inipun saya sadari ketika saya telah berumah tangga.

Pernah saya bertanya ... 
"Kenapa nggak ngomong sih Bu, kalau memang Ibu gak suka?"
"Untuk apa?"
"Ya, biar Ayah tau aja ..."
"Kalau cuma sekedar untuk tau saja, tidak penting. Malah nanti Ayahmu emosi kalau tak sela. Nanti saja ngomongnya kalau pas berdua Ayahmu"

Ibuku, wanita sederhana yang luar biasa ...
Baginya, pernikahan adalah sebuah keputusan besar dalam hidup.
Menikah berarti belajar menjadi manusia, arti hidup.
Beliau tidak pernah (mau) mencampuri urusan rumah tangga anak-anaknya.
Segoyah apapun atau seberat apapun masalah yang dihadapi anak-anaknya dalam berumah tangga, Ibu selalu berusaha bersikap netral. 
Ibu menempatkan dirinya sebaik yang dia bisa. Baginya, masalah dalam rumah tangga akan menjadi lebih kisruh apabila ditanggapi banyak orang, bahkan itu orang tua sendiri. Karena orang lain tidak tahu permasalahan sebenarnya.

Saya dapat pelajaran ini saat saya masih single. Saat itu Ibu cerita, kalau beliau sepertinya lagi "disebelin" kakak saya, karena saat menceritakan masalah rumah tangganya, Ibu tidak berpihak kepadanya. Waktu saya tanya, kenapa Ibu gak berpihak ke kakak saya, yang notabene adalah anaknya sendiri, sekaligus pihak yang menjadi korban atau tersakiti dalam kasus rumah tangganya.
"Lha Ibu ndak tau persis masalahnya apa. Tiba-tiba diceritain kakakmu gini gitu .... Lha terus, Ibu mesti komentar apa?. Masalah rumah tangga itu ya masalah mereka berdua. Masak Ibu ikut-ikutan, ya gak pas. Ora ilok. Jangan libatkan orang lain dengan masalah kita. Bicarakanlah baik-baik, ndak usah pake emosi. Kok angel men toh, ngalah sedikit, tahan emosi, buat bicarakan masalahnya. Minikah itu, ya kamu kudu berani NGALAH. Mengalah untuk sesuatu yang baik, apa salah? Lagian, kenapa suaminya bisa begitu, ya jangan 100 persen menyalahkan suami. Lihat diri kita sendiri, sudahkah menjadi istri yang dicintai dan dihormati suami?"


Dueeeeennnggggg!!!
Jawaban Ibu bikin saya melongo.


Ibuku, wanita sederhana yang luar  biasa ...
Saat ini, saya baru menyadari betapa banyak sebenarnya nilai-nilai yang diajarkan Ibu secara tidak langsung. 
Tak pernah beliau memberikan wejangan macam-macam ke anaknya.
Tak pernah pula berkoar-koar memberikan nasehat A, B, C ...
Tak banyak teori ...

Dalam hidupnya yang sederhana ...
Dia mengajari tanpa menggurui 
Dia hanya melakukan apa yang menurutnya baik dan yang menjadi keharusan
Dia hanya berusaha mengabdi pada pilihan hidupnya
Dia memberikan contoh ke kami, anak-anaknya ... bagaimana harusnya bersikap.
Ibuku, wanita sederhana yang luar biasa.


Terima kasih Ibu untuk semua yang telah engkau beri dan ajarkan.Ijinkan aku, anakmu ... memanjatkan doa di setiap sujudkuAgar bahagia selalu ada di sepanjang sisa usiamu.





Selasa, 19 Desember 2017

Caraku mencintaimu

Mengalirkan rasa ...
Meyakinkanku, menemanimu hanya sebatas nafas.
Ku tahu ...
Suatu saat aku harus merelakanmu, mengikhlaskanmu berjalan sendiri ...
Merasakan pahit, senang, luka dalam hidupmu

Nak, inilah cinta dan kasihku
Mengajarkan tanpa lelah untuk kau bisa tegar hadapi hidup.
Biarkan lelah menguatkan langkahmu. 
Biarkan sakit menajamkan rasamu.
Agar kau menyadari betapa indah hidupmu.

Dan aku tahu, kau bisa menjalaninya ... sendirian.



#AliranRasa
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Kamis, 14 Desember 2017

Jani si Manager Menu yang Handal (Day15)


Bismillahirrohmannirrohiim ...


Hari kelimabelas.
Perjalanan tantangan sudah semakin jauh dan hampir finish.
Terlihat, Janipun sudah mulai rutin menjalankan tantangannya, tanpa saya perintah/suruh. Buat emaknya, ini adalah sebuah keberhasilan, maka kami sepakat untuk terus melakukannya sampai dengan hari tantangan selesai, yaitu 17 hari. 
Tidak untuk ingin mendapatkan badge yang "keren" itu, bukan ... tapi, dari awal tantangan ini dijalankan, target saya, sebagai emaknya, hanya ingin menjadikan tantangan yang berhasil dilakukannya menjadi sebagai sebuah hal yang rutin, menjadi habit yang baik untuknya. Dan, saya sudah melihat perubahan ke arah yang saya harapkan. Dan itu buat saya sudah sangat cukup.

Kare Daging Wortel Kentang
Pesanan Eyang 😁
Hari ini Jani protes ke saya, sebelum saya sempat menginformasikan ke dia bahwa menu yang sudah di susunnya semalam, tidak jadi saya masak karena ada "request" khusus dari Eyang untuk emak masak hari ini. Opor ayam dan telur yang diharapkannya harus rela berganti dengan Kare Kentang Wortel. Waktu saya bilang karena Eyang ingin makan Kare dan Bunda tidak punya banyak waktu untuk membuat dua masakan sekaligus, karena harus ngantor, dia memahaminya. Ini juga karena Jani tahu, bahwa Eyangnya baru sembuh dari sakit dan selama sakit tidak berselera makan apapun. Jadi, protesnya tadipun berbuah pertanyaan " Banyak gak Eyang makannya tadi, Bun?". Aaah ... sweet banget ya  hehehe ....

Jani termasuk anak yang cukup peka dengan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, empatinya cukup tinggi. Seperti tadi, saat saya berbaring, istirahat sebentar di kamar setelah menjemput mereka pulang sekolah, karena saya masih batuk pilek maka saya masih seringkali terbatuk-batuk, tiba-tiba ... pintu kamar saya diketuk dan masuklah si bungsu saya ini, bawain teh panas dan obat batuk saya. Aiiiihhhh .... senangnya emak ini. Tapi, plus dijerewetin juga ama si Jani ... 

Jadi kakuuuuu gt, waktu saya minta Jani untuk mengulang apa yang dilakukannya hahahahha ... please dek, ini demi kebutuhan tugas emak 🤣🤣🤣

"Makanya Bun, udah tau batuk, kok bunda tadi makan es krim sama aku?. Makan yang pedes-pedes jugakan?"
"Iya dek, maaf ... habis pengen tadi dek. Makan pedes juga biar hidungnya meler," balas saya.
"Lha, bunda mau sembuh apa mau sakit terus?"

Dan, si emak inipun rasanya "tertampar" sama jawabannya. Dan jawabannya terdengar so familiar ..... hahahahahaha, GOT YOU, mak!


#HariKelimabelas
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Rabu, 13 Desember 2017

Jani si Manager Menu yang Handal (Day14)


Bismillahirrohmannirrohiim ...


Hari keempatbelas.
Hari ini emak masih sedikit tepar. Masih gak niat untuk masak. Sarapan pisang goreng sih sudah disiapkan, tapi kalau untuk bekal dan makan siang, masih malas sekali meracik bahan-bahan masakan. Hahahaha yesss, kami hari ini mengandalkan beli di luar atau makan di luar saja.

Ayah dan mb Nayya sudah "ijin" gak makan siang di rumah. Ayah masih urusan di Demak dan mb Nayya katanya mau makan di luar sama teman-temannya selepas Ulangan Akhir Semester. Jadi hanya tinggal Jani, mb Danish dan Emak aja nih yang kudu dipikirin mau makan apa siang nanti

Selepas arisan, saya jemput Jani pulang sekolah. Waktu saya tanya mau makan apa? Dia minta dibelikan d'Crepse saja sebagai menu makan siangnya. Waktu saya bilang, kenyangkah? Katanya sih kenyang ... ya wis okey, d'Crèpse dengan menu yang ada sayur dan dagingnya.

Saya bukan tipikal emak-emak yang anaknya harus makan nasi. Sumber karbohidrat banyak sekali dan itu bisa sebagai pengganti nasi. Dan anak-anak paham ini. Buat saya mengenalkan variasi makanan, salah satu cara saya mengajarkan anak untuk suka makan. Mereka punya banyak pilihan mau makan apa. Ternyata dibalik itupun ada nilai-nilai lain yang tanpa saya sadari jadi pelajaran buat mereka, seperti konsekuensi pilihan menu mereka, yang mengajarkan cara mengambil keputusan diantara banyak pilihan.

Dari makanan juga anak belajat memperkaya citra rasa panca inderanya. Manis, pahit, asam dan rasa-rasa "aneh" makanan yang mereka rasakan di lidah, mengajarkan ke mereka betapa hebatnya Allah menciptakan manusia, mengajarkan rasa bersyukur, rasa menghargai makanan, dan .... selain itu juga mereka jauh lebih memahami tubuhnya sendiri. Kadang tiba-tiba si dek Jani, minta dibelikan jeruk karena dia merasa mau flu. Atau kak Nayya yang minta juice karena ngerasa perutnya sebah.

Belajar hal sederhana, ternyata banyak hal hebat didalamnya ya?

Oia, kali ini no photo, karena pisang goreng ludes sebelum sempet di cekrek dan d'Crepse pun bernasib sama 🤣😂


#HariKeempatbelas
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian


Selasa, 12 Desember 2017

Jani si Manager Menu yang Handal (Day13)


Bismillahirrohmannirrohiim ...


Hari ketigabelas.
Hari ini emak benar-benar tepar. Semalam menggigil dan tidur cepat. Ga sempat menanyakan ke Jani, menu untuk besok pagi (hari ini).

Paginya, saya masih merasa sangat pusing. Meski batuk dan pileknya sudah mulai berkurang, tapi kepala masih nyut-nyut asoy gituuuh 😂😂😂. Alhamdulillah, masih diberi nikmat sakit. Jadi ... pagi ini, emak memutuskan untuk tidak masak, beli sajalah.

Sebelum saya sempat jelaskan ke Jani, kenapa saya tidak masak hari ini, Jani sudah berinisiatif untuk membeli masakan mateng di warteg Berkah, warteg langganan kami, dan sekaligus warteg penyelamat saat si emak kumat males masaknya atau pas lagi tepar.

"Beli masakannya di warteg Berkah aja ya Bun?. Bunda masih pusingkan?".
Saya senyum.
"Iya dek ... nggak apa-apakan, kalau beli dulu?. Bundà rasanya ga kuat kalau harus masak"
"Gak apa-apa Bun. Nanti biar aku aja yang beli, soalnya aku mau sekalian beli tahu krispinya".

Haduuuh ... nih anak selalu aja ada alasannya, hehehehe. Tapi inisiatifnya, buat saya, sangat perlu untuk dihargai. Jadi ... sekedar tahu krispi mah, masih okelaaah ... 😄.

So, inilah menu pilihan Jani hari ini. Tumis kangkung, opor ayam dan telur, rendang hati empela (katanya khusus untuk Bunda hmmm ... good girl😙), dan gak boleh ketinggalan bawang goreng. Waktu saya bilang, buahnya apa? Spontan dia jawab "...PISANG GORENG!". Lha? 🤣🤣🤣.


Mari semuanya, makan dulu 😘

#Hariketigabelas
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Senin, 11 Desember 2017

Jani si Manager Menu yang Handal (Day12)


Bismillahirrohmannirrohiim ...


Hari keduabelas
Semalam, Jani sudah menyusun menu untuk bekal/sarapan dan makan siang. Bihun goreng dan ayam goreng krispi. Emak nambahain lalapan dan sambal (puyeng kalo gak ada yang pedes-pedes 😄).
Meski ga begitu selera dengan menu pilihan Jani, tapi emak harus konsekuen untuk tetap makan hahaha ....
Menu pilihan Jani hari ini 😊
Selain tugasnya menentukan menu, tugasnya membereskan tempat tidur dan kamar tidur setiap sebelum dan sesudah bangun tidur masih harus dikerjakannya. Dan sampai sàat ini, Janipun sudah tidur di kamarnya sendiri, tanpa harus saya ingatkan. Tapi semalam, Jani sempat menemani saya tidur (kebetulan kondisi emaknya lagi meriang, jd cuma bisa selimutan di tempat tidur 😊) sampai si Ayah pulang. So sweet ...

Tugas mencuci piring sehabis makan, tetap dijalankan 👍🏼😊
Selama menentukan menu, saya lihat Jani kadangkala belum bisa menyusunnya secara seimbang. Nasi, lauk, sayur dan buah, kadang muncul di menunya kadang nggak hahahaha ... nggak apa-apa, namanya juga masih belajar. Nah yang ini jadi tugas emak untuk mengenalkan menu seimbang (sekaligus jeweran buat emaknya nih, yang sering cari gampangnya aja kalau mau masak, hehehehe ...).

Benarkan? Saat anak belajar, emakpun sejatinya juga belajar.

#HariKeduabelas
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian



Minggu, 10 Desember 2017

Jani si Manager Menu yang Handal (Hari 11)

Bismillahirrohmannirrohiim ...


Hari kesebelas.
Hari ini hari Minggu. Semalam saya sudah berjanji ke Jani dan kedua kakaknya untuk mengajak mereka untuk keluar pagi-pagi sekalian sarapan dan makan siang (ini salah satu cara emak menghindari masak di hari Minggu hehehe...). Girls days out, tanpa si Ayah. Awalnya sih, kami semua akan ke Solo, menghadiri pernikahan teman sepeda Ayahnya. Tapi karena anak-anak memilih untuk tidak mau menghadiri pernikahan, jadinya emak tetap menjalankan planning untuk days out bersama para anak gadis.

Saya usulkan untuk mencoba datang ke Pasar Karetan di daerah Boja Kendal, saat mereka bertiga sepakat memilih mall. Tapi, karena saya bilang kalau Pssar Karetan ini hanya ada cuma di hari Minggu dan menceritakan ada apa saja disana, mereka akhirnya tertarik juga untuk datang. So, berangkatlah kami berempat jam 09.00 wib dari rumah.

Dari lokasi rumah saya yang di daerah Manyaran
Ternyata lokasinya jauh juga hehehehe ... meski sambil beberapa kali tanya ke orang-orang dan mengandalakan Google Maps, sampai juga kami di Pasar Karetan - Radja Pendapa Camp. Langsung cari sarapan, karena memang sedari pagi belum makan. Karena banyak makanan tradisional (pecel, urap, nasi jagung, dll), dimana lidah anak-anak belum semuanya bisa masuk, saya usulkan untuk makan Soto. Mereka setuju. Saya biarkan Jani untuk belajar memasan makanan. Mulai dari menanyakan ke kedua kakaknya, apakah soto mereka mau ditambahin sate apa saja, sampai juga mau pesan minum apa. Habis makan, saya ingatkan mereka untuk menumpuk bekas makanannya agar memudahkan mbak dan mas nya untuk bersih-bersih.

Setelah selesai sarapan, kami mencoba untuk explore ada apa saja di Pasar Karetan ini. Selain tempat-tempat makan yang sudah di posisikan menyebar di beberapa area Radja Pendapa Camp ini, ada juga kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak-anak. Saat kami datang, ada kegiatan melipat kertas, origami. saya tawarkan apakah Jani mau ikut, dia lebih memilih untuk ikut kedua kakaknya mengelilingi area Radja Pendapa Camp ini. Setelah puas, kami putuskan untuk pulang dan anak-anak meminta emaknya untuk mampir di McD, karena mereka ingin membeli es krim. Hmmmmm ... okey, baiklah, toh seraha jalan pulang juga.

Sampai di McD, antrian cukup panjang. Mb Nayya dan mb Danish bergantian untuk mengantri, emak dan Jani mencari meja untuk makan. Waktu kami mendapatkan meja kosong dengan banyak sekali sisa makanan yang bertebaran di atasnya, Jani cuma bilang "Bunda kudunya ngajarin juga, buat mereka bersihin sisa makanannya setelah makan" . Hehehehe ... emaknya cuma bisa nyengir ...

Meja kami yang bersih dari sisa-sisa makanan 😊
Nah, saat kami selesai makan. Anak-anak dan saya langsung melakukan gerakan bersih-bersih setelah makan (karena kebetulan dekat tong sampah dan juga tempat makan di McD ini, tempat makan dari wadah kertas dan plastik yang bisa langsung dibuang setelah makan/minum. Kalau kejadiannya di rumah makan, maka saya anjurkan mereka untuk menumpuk bekas/wadah makan/minum di tengah meja).
Saya terus terang senang. Bahwa apa yang coba saya ajarkan dan tanamkan sikap ke Jani dan kedua kakaknya, sudah mampu mereka terapkan dimana saja. Saya tanamakn juga ke anak-anak, dalam hal sekecil apapun, lakukanlah hal-hal yang dapat mempermudah hidup orang lain, maka hidupmu pun akan dipermudah oleh si pemilik kehidupan.


Dan hari ini, dalam perjalanan pulang ...
"Nanti malam, aku mau nasi goreng ya Bun"
"Nasi goreng lagi?"
"Iya. Mbak mau jugakan nasi goreng?"
"Terserah dek", jawab keduanya kompak
"Okey, nanti malam kita makan nasi goreng lagi", sahut emak.



#HariKesebelas
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Jumat, 08 Desember 2017

Jani si Manager Menu yang Handal (Day 10)


Bismillahhirrohmannirrohiim ...


Hari kesepuluh
Menu makan yang dipilih Jani untuk hari ini, sarapan dan bekal, nugget goreng dan tempe goreng. Untuk makan siang, lele goreng, sayur bayam gambas dan sambal (kalo sambal mah, buat emak sama bapaknya). Dan untuk cemilannya, saya usulkan kolak labu kuning dan kolang-kaling, Janipun setuju.Malamnya, kata Jani, makan di luar aja. Waktu saya tanya mau makan apa, dia nentuin untuk makan nasi goreng di warung langganan. Alhamdulillaah ... ngiriiiittt.

Abaikan tempe goreng yang gosong yaaa ... 😄

Selain menentukan menu untuk keluarga, Jani saya minta juga untuk bertanggung jawab menghabiskan makanannya. Karena seringkali makannya tidak habis dengan alasan gak suka dengan lauknya. Jadi, kali ini no excuse yaaa ... karena dia yang menetukan menunya. Saya ajarkan juga ke dia, makan secukupnya, jangan berlebihan sehingga tidak ada yang terbuang.

Setelah makan, mencuci piring makannya sama pelan-pelan saya rayu untuk mencuci beberapa perabot masak yang belum sempet dicuci. Meski agak-agak cemberut tapi ya, dijalankannya juga dan basahlah bajunya (ini dia justru senang berbasah-basah dengan air 🤣)


Oia, saya juga tetap monitoring kemandiriannya tidur di kamar sendiri serta merapikan dan membereskan kamar dan tempat tidur. Alhamdulillah ... Jani sudah melakukannya, tanpa saya minta. Semalam gigi emak sakit, jadi saya masuk kamar dan tidur. Saya sudah gak kepikiran untuk mengecek lagi. Tengah malam saya terbangun, saya sudah melihatnya terlelap di kamarnya. Dan pagi harinya sebelum berangkat sekolah, tempat tidurpun sudah rapi (meski standard rapinya masih jauh dari yang diharapkan emak, tapi ga apa2, namanya juga masih bejar)

Sepertinya tantangan manager menu keluarga ini, jadi tantangan asyik buat Jani. Dia semakin antusias mengerjakannya. Semoga, sekali lagi, bukan sekedar eforia .

Seringkali saat weekend kami sekeluarga makan di luar, saya sekalian mau ajarkan Jani dan kedua kakaknya soal gerakan #tumpukditengah (saya gak sempat save video tentang aksi sosial ini, sayang sekali atau saya yang lupa simpan filenya ya? Tapi sangat terkesan dgn aksi sederhana yang berdampak luar biasa ini. Semoga tagarnya ga salah 😁). Sebuah gerakan sosial yang menurut saya, mengajarkan kita untuk lebih beradab saat makan di public area. Bekas makan yang tercecer di hampir setiap sudut meja, apabila sudah selesai, bisa kita tumpuk di tengah meja. Meringankan sedikit pekerjaan cleaner area di rumah/tempat makan. Ajakan sederhana yang menurut saya sarat makna. Banyak hal yang bisa diajarkan dari gerakan sederhana ini. Dan itulah yang mulai saya kenalkan dan tanamkan ke Jani dan juga kedua kakaknya.

#HariKesepuluh
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Kamis, 07 Desember 2017

Jani si Manager Menu yang Handal (Day 9)



Bismillahirrohmannirrohiim ...

Hari ke sembilan.
Gak terlalu mulus memang  melatih Jani menjadi si manager untuk urusan makan. Sepertinya saya, emaknya, kudu pelan-pelan nih, agak sedikit mengerem apa yang ingin saya latih. Menjaga moodnya tetap terjaga, bersemangat dalam melaksanakan 5antangannya.

Pagi ini, setelah semalam menentukan menu apa yang ingin dibawanya untuk bekal sekolah dan sekaligus menu makan siang keluarga (emak ngirit dooonk ...), Jani cukup antusias menyiapkan semuanya. Sambil ngemil tempe goreng, dia siapkan sendiri bekal sekolahnya dan juga sibuķ bolak balik dari dapur ke meja makan untuk menyiapkan menu di wadah lauk (kebetulan, Jani suka banget dengan wadah lauk oval yang ada di rumah). Dan buatnya, kegiatan itu sangat menyenangkan, hahahaha ...

Menu sarapan dan siang sekaligus pilihan Jani. Untuk makan siang tinggal ditambah sayur bayam dan sambal cocol 😍😁

Sebelum berangkat sekolah, dia juga pesan agar saya jangan lupa untuk mencari-cari resep nasi bakar, karena dia pengen nasi bakar. Oalaaaa hahahaha ... baiklah dek. Nanti emak searching ya ... dan semoga ga males buatnya (emak nyerah soal makanan yang dibungkus pake daun, karena ga pernah bs bungkusnya, ribet banget wkwkwkww ...).

Hari ini, saya lihat Jani sudah mulai bisa menjalankan tantangannya. Waktu menentukan menu apa, dia juga selalu menawarkan ke kedua kakaknya, kira-kira ingin menu apa. Good point. Emak senang. Karena Jani sudah mulai bisa menerapkan fungsinya sebagai manager menu di keluarga, dengan start yang sangat baik. Waktu saya tanya, kenapa pake nanya-nanya dulu? Jawabannya sangat logis, dia bilang, biar nanti mb Nayya dan mb Danish juga mau makannya. Good answer, anak hebatnya bunda 😍👍🏼💗.

#HariKeSembilan
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSay
#MelatihKemandirian


Jani si Manager Menu yang Handal (Day 8)


Bismillahirrohmannirrohiim ...

Tantangan baru dimulai. Dan ini adalah minggu kedua untuk tantangan melatih kemandirian anak. Pembahasan tentang tantangannya, sudah dibicarakan sehari sebelumnya. Dan Jani sudah menetukan, apa tantangan melatih kemandirian yang diinginkannya.

Setelah di tantangan pertama yang saya nilai sukses, karena tidak hanya Jani konsisten menjalankannya, tapi saya melihat lebih ke perubahan sikapnya. Beberapa waktu lalu, saya sempat ditanyakan oleh Eyangnya, sedang ada apa sih di rumah? Soalnya Jani kok selalu bilang, "aku tuh lagi diajarin mandiri sama bunda, eyang ...  jadi aku harus tidur di rumah dan di kamarku sendiri. Disuruh beresin dan rapihin kamar dan tempat tidur juga kalo habis bangun pagi. Kalau aku nginap di Eyang, nanti bunda gak tau kalau aku tuh beresin tempat tidur".

Hahaha ... padahal eyangnya ngiming-ngimingi bakal dikasih uang buat ditabung kalau Jani mau menginap. Dia tetap kekeuh, pulang ke rumah. Emak senang dong, berarti nih anak semangat untuk menjalankan tantangannya. Dan Jani juga belajar mengambil keputusan apa yang terbaik untuknya. Rasa tanggung jawabnyapun dalam seminggu itu, saya lihat juga meningkat, semoga akan terus bertahan ya dek ... bukan karena euforia aja.

Nah, di tantangan minggu kedua ini, saya sudah sempat  posting di http://indahlarasichsan.blogspot.co.id/2017/12/berani-tidur-sendiri-day-7.html . Tantangannya adalah Jani berlatih mencuci piring sendiri sehabis makan. Tidak hanya itu saja, saya usulkan juga untuk melatihnya menyiapkan bekal sekolah sendiri,  dan sekaligus mencuci perlengkapan bekalnya sepulang sekolah. Disamping itu, emaknya juga berencana melatihnya untuk menentukan menu keluarga. Di tantangan kemandirian kali ini secara garis besar, Jani belajar tentang adab makan. Mulai dari merencanakan, menyiapkan, menyajikan dan membersihkannya. Dan saya membuatnya dalam rentang 10 hari ke depan, mulai dari hari ini ( 7-16 Desember 2017).

Hari pertama tantangan kedua ini, Jani sudah meminta saya untuk membuatkan bekalnya yaitu nasi goreng dan telur mata sapi (gak keburu di foto karena riweuhnya pagi hari yang harus bergegas). Sarapan sekotak susu dan seiiris bolu gulung ... cuzz berangkat sekolah.
Siangnya karena emak gak sempat masak (duh maaf ya dek ... kita beli aja yuuk), steak yang dibeli dekat rumah dimakannya sepulang sekolah, sebelum berangkat TPQ. Piring kotornya, belum sempet dicuci, sudah dicuci sama budhe Harni, yang bantu-bantu beberes rumah di keluarga kami. Iya, emak lupa kasih tahu budhe Harni, kalau dek Jani lagi belajar mecuci piring makannya sendiri ... (duh, ini mah emaknya yang teledor ya dek ... ). 
Jadi ya begitulah sekilas berita, kenapa di tantangan kali ini no foto.

Oh iya, saat ini saya hanya bisa setor Jani's Wall of Fame karya emak sebagai bentuk apresiasi terhadap keberhasilannya menjalankan tantangan Berani Tidur Sendiri. Wall of fame ini dipajang di ruang belajar/kerja di rumah kami. Dan Jani terlihat senaaaaang sekali ... Alhamdulillaah ...





Berharap, di tantangan ini Jani tetap semangat menjalankannya dan lebih antusias. Sama-sama ya dek, kita belajar .....

#HariKedelapan
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Rabu, 06 Desember 2017

Berani Tidur Sendiri (Day 7)

Bismillahirrohmaannirrohiim ...

Hari ini, hari ketujuh tantangan melatih kemandirian anak, one week one skill. Dan Jani "lulus" dengan baik. Selama tujuh hari berturut-turut, Jani belajar mandiri untuk tidur di kamarnya sendiri. Dan selama tujuh hari ini, saya melihat Jani sudah mulai terbiasa. Pada saat tidur malam, dia sudah mulai masuk kamarnya dan membereskan serta menata tempat tidur. Di awal - awal tantangan, saya memang harus berulangkali mengingatkannya untuk tidur di kamarnya sendiri.  Kadang, tengah malampun Jani masih sekali dua kali terbangun dan berpindah tidurnya ke kamar saya. Hahahaha .... dan saya harus bolak balik mengantarnya kembali ke kamarnya. Tapi, dua , tiga hari terakhir tantangan ini, Jani sudah tidak perlu diingatkan dan terbangun tengah malam. 

Walaupun tantangan ini tidak selalu berjalan mulus, tapi secara garis besar saya nilai berhasil. Di awal-awal tantangan, dihadapi dengan kondisi badannya yang tidak fit, tidak hanya membuat Jani tidak nyaman tapi juga membuat emaknya, berat untuk tetap konsekuen dengan kesepakatan yang sudah dibuat. Tapi, dengan meyakini Jani dan juga diri saya sendiri, bahwa apa yang kami lakukan ini akan menghasilkan kebaikan, so ... the show must go on, dan alhamdulillah ... semua dimudahkan.

Di dua hari terakhir, saya meningkatkan level untuk melatih kemandiriannya. Saya ajukan ke Jani, untuk membereskan dan merapihkan tempat tidur dan kamar setelah bangun pagi. Jani menyetujuinya dan berbagi tugas dengan mbak Danish, teman sekamarnya hehehe ...

Sampai tidurpun, kadang mereka masih rangkulan 😙

Tadi malam, saya sampaikan ke Jani bahwa hari ini adalah hari terakhir dia menyelesaikan tantangan minggu pertama ini. Tapi, saya memintanya untuk terus melakukan hal ini, tidur di kamarnya sendiri serta merapihkan dan membereskan tempat tidurnya setiap pagi, hingga minimal akhir Desember (saya ingin ini jadi habitnya). Malam tadi juga kami membicarakan apa saja yang harus ditingkatkan di tantangan kemarin. Kami sepakat untuk mencoba Jani bisa bangun pagi sendiri, yeeeeiiiii .... (setidaknya mengurangi polusi suara pada pagi hari ya ... karena emak selalu berkicau keras saat bangunin anak-anak). Selain itu, saya janji ke Jani, untuk membuatkannya Wall of Fame untuk keberhasilannya melewati tantangan, selain reward sebelumnya yang sudah kami sepakati. Dan untuk reward kali ini, Jani request di traktir makan! Aiiihhh ... let's go atuuuh dek ...


Untuk tantangan di minggu kedua ini, Jani meminta sendiri untuk melatihnya mencuci piring sendiri sehabis makan. Saya setuju. Saya usulkan juga kepadanya bahwa minggu kedua itu, emaknya juga akan melatih dia untuk menyiapkan bekal sekolah. Mulai dari pemilihan menu, menyiapkan sendiri bekal esok paginya hingga mencuci tempat bekalnya sepulang sekolah dan juga mencuci sendiri perlengkapan makannya. Yeeaaah, we"ll see ... apa yang akan terjadi di minggu kedua.

Rasanya minggu kedua bakal seru nih.
Emaknya sih berharap, Jani tetap konsekuen dengan pilihannya. Dan emaknyapun, konsekuen untuk melatih kemadiriannya. Insya Allah ya Nak ... kita sama-sama belajar. 


#HariKetujuh
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Senin, 04 Desember 2017

Berani Tidur Sendiri (Day 6)


Bismillahirrohmannirrohiim ...

Jani semakin konsisten menjalankan kesepakatan yang telah kami buat sebelumnya. Itu yang sangat saya rasakan di hari ke enam tantangan ini. 

Meski awalnya sempat protes, saat diminta membereskan tempat tidur dan kamar, di pagi hari, karena dia merasa, mb Danish harus ikut membantunya. Dan akhirnya mereka berdua kompak untuk membereskan dan merapikan kamar dan tempat tidur. Entah bagaimana negosiasinya mereka berdua itu. Setelahnya, pembagian tugaspun tercapai. Mb Danish kebagian membereskan buku-buku pelajaran dan merapikan kamar, dan dek Jani tugasnya membereskan dan merapikan tempat tidur. 

Malam ini dilewati dengan obrolan seru kakak beradik ini. Lewat jam sepuluh malam, masih aja asyik ngobrol, cerita, bercanda. Si emak sampai berkali-kali mengingatkan untuk segera tidur. Segala macam ditanyakan, apakah sudah beberes perlengkapan sekolah? PR apakah sudah dikerjakan? Besok ada tugas prakarya atau tidak ... pokoknya semua dicek sama emak. Dan jawaban mereka kompak, sudah semua buuuun ...

Karena mereka asyik ngobrol dan gak tidur-tidur, masuklah saya untuk mengecek, apa sih sebenarnya yang sedang mereka lakukan? Kakak beradik ini malah asyik main pasaran dan peran sama beberapa boneka kesukaan Jani. Haduuuuhhhh ... bakalan betah melek nih anak-anak, padahal emaknya sudah gak kuasa nahan kantuk.


Nyengir tanpa dosa waktu si emak ngintip ke kamarnya. Ealaaah nduuuk ..... 😀


Saya akhirnya mengingatkan Jani bahwa besok berangkat pagi, kalau bisa sih, berngkat sekolahnya barengan dengan mb Nayya dan mb Danish, agar tidak telat unutk megikuti apel sekolah berkarakter (yup, di sekolahnya setiap hari Senin sampai Kamis, 15 menit sebelum jam tujuh pagi, para siswa apel pagi). Saya minta untuk segera beberes buku dan mainnya dan segera tidur. Saya kasih waktu 10 menit untuk beberes dan kembali lagi ke kamarnya . Saya lihat, Jani sudah mapan posisinya untuk tidur. Saya ingatkan untuk berdoa dan tidak sampai lima menit, akhirnya tertidur pulas hehehehe ...

Dan di pagi hari ini, tanpa susah payah membangunkannya, si bungsu ini mencoba untuk segera beberes kamar dan siap-siap untuk mandi pagi. No drama no tipu tipu hahahha ... lancaaarrrr kayak jalan tol, bebas hambatan!


Beresin tempat tidur setelah bangun pagi 😘

Good Job, my "honey bunny"nya emak ❤❤❤

#HariKeenam
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#MelatihKemandirian
#KuliahBunsayIIP

Berani Tidur Sendiri (Day5)



Bismillahhirrohmannirrohiim ...

Di hari kelima tantangan melatih kemandirian anak, dengan kondisi yang masih belum fit 100%, Jani tetap menjalankan komitmen untuk tidur di kamarnya sendiri. Meski di hari kelima ini, tiga kali dia terbangun dan meminta emaknya untuk kembali menemaninya tidur di kamar. Baiklah ... meski bolak balik harus terbangun, Jani ga pake rewel untuk kembali tidur di kamarnya. Saya maklumi, mungkin tidurnya tidak begitu nyenyak karena kondisinya yang masih belum sempurna fit.

Saya memperhatikan, Jani sudah mulai memuculkan habitnya untuk tidur di kamarnya sendiri. Tidur malam kali ini, Jani sudah menyiapkan tempat tidurnya sendiri, menata bantal, guling dan selimut butut yang disenanginya hehehehe ... dan minum obat sendiri. Saya hanya memantaunya. Karena malam ini, mb Danish (yang sekamar dengan Jani masih mengerjakan PR) maka Jani request ke saya untuk dibacakan cerita sebelum tidur. Meski lelah (karena habis menyetir perjalanan ke luar kota), saya membacakan cerita dari buku yang dipilihnya. Kadang Jani minta baca cerita ini diulang, hmmmm ... akhirnya emak punya cara untuk membaca sambil direkam. Jadi, kalau membacanya sudah selesai, tinggal putar ulang lagi hehehehe ... maafin bunda ya Nak, karena mata bunda sudah gak bisa diajak kompromi (sayang sekali, saya berkali-kali gagal meng"upload" rekaman suara saat saya bercerita. Sepertinya, kudu berguru dulu nih ama pakarnya)

Malam tadi juga saya sampaikan ke Jani, untuk memintanya membereskan tempat tidur setelah bangun pagi. Meningkatkan sedikit level kemandiriannya. Meski hasilnya belum sempurna, tapi gak apa-apa, toh emak sudah siap menyingsingkan lengan baju untuk merapikannya kembali hahahha ...

Hasil beberes Jani 😄😚

Oia, sebelumnya saya sampaikan juga ke Jani, apakah emaknya boleh merapikan kembali, tempat tidur yang sudah dirapikannya? Hal ini saya lakukan agar dia tetap merasa, apapun hasil kerjanya, saya tetap menghargainya terlebih dahulu. Gak sekonyong-konyong saya langsung merapikan kembali. Meminta persetujuannya terlebih dahulu adalah salah satu cara saya belajar menghargai pendapat anak saya. Dan jangan bilang, aaah gampalah itu ... sebelum mencoba untuk melakukannya.

Janganlah ego kita sebagai orang tua, menutup mata hati kita untuk mau belajar menjadi lebih baik.



#HariKelima
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian




Sabtu, 02 Desember 2017

Berani Tidur Sendiri (Day4)



Assalammualaikum wr wb ...

Masuk hari keempat, tantangan melatih kemandirian ... yeeeeiiiii!
Dan, malam ini, emak ketar-ketir karena si bungsu kondisinya lagi tidak fit. Panas disertai  batuk pilek. Biasanya dengan kondisi seperti ini, Jani maunya tidur sama saya. Dan sayapun biasanya juga, akan menempatkannya di kamar tidur saya.

Malam ini, karena sudah berusaha untuk konsisten dengan kesepakatan yang telah kami buat berdua, saya tetap meminta Jani untuk tidur di kamarnya sendiri. Tapi, malam ini ... saya menemaninya di kamar sampai dia tertidur.

Saya tetap kekeuh dengan kesepakatan yang telah kami buat, karena melihat kondisi Jani masih bisa teratasi dengan obat dan banyak istirahat. Setelah minum obat, panasnya sudah mulai menurun. Sedikit lebih rewel pasti, sangat bisa saya maklumi. Saya meyakinkannya bahwa kondisinya akan segera membaik jadi tidak perlu khawatir. Meski dengan wajah yang ingin menolak usulan emaknya untuk tetap tidur di kamarnya sendiri, tapi si bungsu ini akhirnya mau juga  tidur di kamarnya sendiri dan gak pake drama, huahohoho ... itu yang terpenting, no drama, keren ya. 
Saya yakinkan ke Jani juga bahwa kondisinya yang tidak fit saat ini,  akan segera membaik bila dia minum obat dan banyak istirahat. 

Meski, jujur ... sebenarnya sayalah yang tidak tega melihat dia tidur di kamarnya dengan kondisi badan yang kurang fit. Hahaha ... mamak galau malam ini. Tapi sayapun meyakini diri bahwa kondisinya masih dalam batas wajar and everything under controll, jadi ya ... jalanin ajalah. Meskipun malam ini, emak gak bisa tidur pulas, karena setiap 15 menit mengecek, panas tubuhnya. Alhamdulillah ... panas turun dan Janipun tertidur lelap.

Tantangan Berani Tidur Sendiri buat Jani ini, akan berlanjut hingga tujuh hari. Dan semakin hari, saya melihat Jani semakin terbiasa. Meski belum terlalu lancar dan setiap malam saya masih harus mengingatkannya untuk tidur di kamarnya sendiri, tapi selama saya melihatnya menjalankan tantangan ini rutin, no drama ... buat saya itu sudah cukup menunjukkan keberhasilan kecil yang harus saya syukuri. Tantangan buat saya juga, untuk menjadikan perilaku ini menjadi habit Jani. 

Maka sejatinya, di saat anak belajar, kitapun sebagai orang tua, haruslah mau juga ikut belajar. Itu pilihan saya, belajar bersama untuk siap menjadi orang tua bagi anak-anak saya ❤❤❤


Senyum sumringah ditemenin tidur sama bunda


#HariKeEmpat
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Jumat, 01 Desember 2017

Berani Tidur Sendiri (Day3)


Assalammualaikum wr wb 

Sampai juga di hari ketiga tantangan melatih kemandirian, alhamdulillah ... Meskipun di hari kedua, berjalan tidak begitu mulus.

Di hari ketiga ini, Jani sudah mulai terlihat patuh dengan kesepakatan yang sudah kami buat sebelumnya. Saat tahu bahwa Ayahnya berada di luar kota, ini berarti bunda hanya sendirian di kamar, Jani tetap tidak minta untuk tidur malam ini sama saya. Biasanya, bisa dipastikan dia akan tidur di kamar saya dan si emak inipun akan sengaja mengajaknya untuk tidur bersama di kamar bunda, hehehehe ...

Setelah pulang dari rumah eyang, emak ini sudah mengingatkan bahwa Jani harus tidur cepat, karena besok bangun lebih pagi dari biasanya, berangkat sekolah bareng dengan mb Nayya dan mb Danish. Dan juga karena tidak ada Ayah yang mengantar, maka mau tidak mau, mereka harus berangkat sekolah bersama, karena emaknya "ogah" untuk antar bolak balik (sekolah mereka kebetulan berbeda, dan biasanya kalau ada pak suami di rumah, maka saya dan suami berbagi tugas mengantar sekolah. Pak Suami mengantar mba Nayya dan mb Danish dan emak mengantar Jani).

Waktu saya sampaikan hal ini, si bungsu saya ini gak protes. Sampai rumah, langsung membereskan perlengkapan sekolahnya untuk esok hari, cuci kaki, tangan, sikat gigi dan langsung masuk kamar tidur bersama mb Danish. Ga pake drama .... aaah, senangnya emak hari ini. Good girl ❤❤❤



#HariKetiga
#Tantangan10Hari
#GameLevel2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian

Seribu Cerita Dari Dapur

Dapur? Ini bagian rumah yang tidak terlalu sering saya sentuh. Bukan karena tidak bisa masak, tapi karena memang saya tidak begitu suka ...